walking LED

7.09.2012

Sarasehan Pancasila Untuk Masyarakat Pedusunan Klopo Sepuluh Wates


Wates, Selasa (GAFATAR D05) – Dalam rangka mengembalikan posisi Pancasila dalam kehidupan masyarakat Kulonprogo sekaligus menggunakan momentum hari lahir Pancasila, DPC Gafatar Wates mengadakan acara sarasehan Pancasila. Acara yang bertema “Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa” ini ditujukan kepada masyarakat Pedusunan Klopo Sepuluh. Mengambil lokasi di Pendopo Rumah tokoh daerah setempat, Mujiyo, sarasehan dihadiri tidak kurang 61 orang. Terdiri dari 18 anggota Gafatar sendiri dan 43 warga setempat.


Dalam kesempatan ini, rombongan Gafatar Wates disambut oleh Siti Aminingsuh selaku Bagian Kesra dari Desa Bendungan. Usai penyambutan, acara berlanjut dengan penyampaian visi dan misi dari Gafatar kepada peserta sarasehan oleh Ketua DPC Gafatar Wates, Arif Yunandar. Lalu dirangkai dengan penyampaian materi nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila pada Pancasila oleh Toto Nugroho.


Pada Sarasehan Pancasila tersebut ditekankan kembali tentang pentingnya pemahaman mengenai pancasila secara utuh. Saat ini Pancasila jarang sekali dibicarakan dalam keseharian kita. Ibaratnya, Pancasila ditempatkan dalam sebuah lorong kesunyian ditengah-tengah hiruk pikuk bangsa. Dalam sarasehan, para peserta dikenalkan kembali dengan pemahaman nilai-niali luhur yang terkandung dalam Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan mengajak peserta untuk bersama Gafatar membangkitkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan keseharian kita sebagai bangsa Indonesia.

GAFATAR Sebar 3000 Benih Lele di Sentolo Kulonprogo


Dengan semangat untuk melestarikan lingkungan hidup sekaligus mengembalikan populasi ikan di Sungai Papah, Gafatar Kecamatan Sentolo melakukan sebar 3000 benih ikan lele di Kecamatan Sentolo Kulonprogo (25/06). Bersama dengan Bapak Kades Sentolo Teguh, Bapak Dukuh Gedangan Tujiman, Babin Kamtibmas Sentolo Agus Suparjo dan tokoh-tokoh masyarakat setempat lainnya, benih ikan lele disebar di dua titik utama dari Sungai Papah yang alirannya melintasi desa Sentolo yaitu di Gedangan dan Jangkang Kidul.

Dalam sambutannya Bapak Kades Sentolo menceritakan bahwa dahulu sewaktu beliau kecil di wilayah sungai ini terkenal dengan banyaknya ikan yang bisa di tangkap oleh warga sekitar. Akan tetapi hari ini hal itu sudah tidak bisa ditemui lagi, karena penggunaan zat kimia berbahaya, listrik, dan bom dalam penangkapan telah berperan besar menurunkan populasi ikan secara drastis dan berharap kedepan anak-anak generasi selanjutnya bisa merasakan apa yang beliau rasakan pada waktu kecil dulu. Beliau juga sangat mengapresiasi tindakan Gafatar ini, kedepan warga Desa Sentolo siap menerima dengan tangan terbuka apabila Gafatar akan melakukan aksi sosial di wilayahnya.







Haryono, warga sekitar menyebutkan bahwa ini adalah sebuah gagasan yang positif dan sangat baik. Kedepan semoga bisa ditingkatkan kembali kerjasama seperti ini.

Pada kesempatan sebar 3000 benih lele ini juga diperkenalkan profil singkat Gafatar, oleh Bendahara Tingkat Kabupaten Kulonprogo, Cahyo Nugroho. Dijelaskan bahwa Gafatar dalam hal pengadaan bibit-bibit lele ini murni swadaya dari iuran gotong-royong para anggotanya, dan acara ini bukan bagian dari misi pemilu 2014 dalam rangka mencari konstituen suara, karena Gafatar sampai kapanpun tidak akan menjadi partai politik dan tidak akan terlibat dalam politik praktis.

6.18.2012


Kulon Progo, Jum’at ( GAFATAR  - K05,C04 ) – Kulonprogo, 1 Juni 2012 DPC GAFATAR Nanggulan Kulonprogo Yogyakarta mengadakan kunjungan sosial berbagi kasih ke Panti Asuhan anak-anak Bhakti Asih di daerah Janti Kidul Rt 68, Jatisarono, Nanggulan, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memperingati hari lahir Pancasila dan mendukung program GAFATAR “1000 aksi untuk negri”. Jumlah yang menghadiri aksi sosial ini sebanyak 18 peserta terdiri atas 8 orang pengurus dan 10 anak PBR (Pendidikan Berbasis Rumah).

Para peserta kunjungan tiba di lokasi Panti pukul 14:30 WIB disambut oleh Pemilik Panti Ibu Theresia Sarinah. Acara kemudian di mulai pukul 15:00 diawali dengan pembukaan doa, sambutan dari Ketua DPC Nanggulan R. Tri Wahyu Febrianto serta sambutan dari pemilik Panti Asuhan.

Setelah sambutan acara di lanjutkan dengan kegiatan menggambar bersama antara anak-anak Panti asuhan dengan anak-anak PBR. Kegiatan ini dilakukan agar tercipta interaksi atau suasana bermain serta potensi bakat antara anak GAFATAR dan Panti. Anak-anak sangat antusias dalam menggambar dan mengeluarkan segala imajinasi yang dituangkan kedalam kertas gambar. Bakat yang di miliki anak-anak panti tak kalah dengan anak-anak PBR. Setelah sesi mengambar selesai acara dilanjutkan dengan simbolisasi penyerahan souvenir kenang-kenangan dari GAFATAR beserta penyerahan pakaian layak pakai kepada anak-anak Panti asuhan diserahkan oleh Ketua DPC Nanggulan kepada Pemilik Panti dan dilanjutkan dengan foto bersama. Setelah acara simbolisasi dan foto bersama acara di lanjutkan dengan makan bersama dan di akhiri dengan penutup doa bersama.

2.11.2012

Hollywood Filmkan Penculikan 'Putri Sultan Yogya

TIDAK hanya Bali yang menjadi lokasi syuting film Hollywood terkenal. Tahun ini, Jawa Tengah dan Yogyakarta juga turut menjadi lokasi pengambilan gambar sebuah film berjudul "Java Heat".

Film ini dibintangi oleh Mickey Rourke dan bintang film "Twilight", Kellan Lutz. Film ini bercerita mengenai pengejaran sindikat internasional yang menculik putri Sultan Yogyakarta dan perhiasan milik keraton. Aksi pengejaran inilah yang berlangsung di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Tempat-tempat yang menjadi latar belakang film ini, antara lain Stasiun Lempuyangan, Istana Tamansari di Yogyakarta, dan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.

Stasiun Lempuyangan

Stasiun Lempuyangan adalah stasiun kereta api yang terletak di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, berjarak sekira 1 km di sebelah timur dari stasiun utama di kota ini, yaitu Stasiun Yogyakarta. Stasiun yang didirikan pada 2 Maret 1872 ini melayani pemberhentian semua KA ekonomi yang melintasi Yogyakarta.

Stasiun Lempuyangan beserta dengan rel yang membujur dari barat ke timur merupakan perbatasan antara Kecamatan Gondokusuman di utara dan Danurejan di selatan. Tidak seperti Stasiun Tugu yang merupakan stasiun utama di Yogyakarta, stasiun ini melayani kereta-kereta kecil atau kereta ekonomi saja. Stasiun lempuyangan di film "Java Heat" ini menjadi salah satu lokasi pengejaran antara polisi dan sindikat internasional tersebut.

Istana Tamansari

Taman Sari Yogyakarta atau Taman Sari Keraton Yogyakarta adalah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Yogyakarta, yang dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada 1758-1765/9. Awalnya, taman yang mendapat sebutan "The Fragrant Garden" ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekira 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air.

Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya Kompleks Kedhaton sampai tenggara Kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.

Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama adalah danau buatan yang terletak di sebelah barat. Bagian selanjutnya adalah bangunan yang berada di sebelah selatan danau buatan antara lain Pemandian Umbul Binangun. Bagian ketiga adalah Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua. Bagian terakhir adalah bagian sebelah timur bagian pertama dan kedua dan meluas ke arah timur sampai tenggara kompleks Magangan.

Candi Borobudur

Candi Borobudur adalah sebuah candi Budha yang terletak di kota Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Budha Mahayana sekira tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra.

Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang di atasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Budha. Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Budha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan. (dari berbagai sumber).

2.07.2012

(NEW) GEDUNG OLAH RAGA AMONG ROGO

Kembali lagi ketempat yang sama, semacam deja vu namanya,
merinding dan penuh dengan aura yang sangat luar biasa,
bukan pertama kali tapi satu perasaan yang paling kusuka,
tak setiap hari bisa kurasa.

Mungkin itu sebait tulisan yang bisa melukiskan perasaanku waktu datang lagi ke AMONG ROGO salah satu GOR terbaik di Yogyakarta, tempat yang paling prestis untuk pelaksanaan event olahraga, setelah sekian lama.

Paska gempa besar mei 2006 terjadi memang AMONG ROGO mengalamai kerusakan yang terbilang berat, tidak bisa digunakan sama sekali karena memang nyaris rubuh.

Tapi kini AMONG ROGO telah berdiri tegap kembali, dengan design eksterior dan interior yang baru. warna hijau yang dahulu menjadi warna utama diganti dengan warna putih bersih, lorong yang dahulu diganti dengan serba putih lengkap dengan ruang kesehatan, ruang pemanasan dan kamar mandi yang sangat baik untuk ukuran pelaksanaan event antar SMA.

Hari ini menang, esok main lagi semoga SMA 10 yang aku asuh tim bolabasketnya bisa terus meneruskan kemenagan ini. kita lihat saja lusa.

2.04.2012

APA-APA

 Ada suatu hal yang paling ditakuti oleh rakyat bangsa Indonesia tercinta kita ini.

Coba tebak!

“Pocong?, bukan”
“Enggak punya duit?, bukan juga”
“Dosa?, sama sekali bukan”

Ini yang paling ditakuti oleh rakyat Indonesia ini adalah
“APA-APA”

waktu kecil kita sering di ingetin ibu “Nak jangan main sampai maghrib takutnya nanti ada APA-APA”
kalo ama bapak polisi juga dibilangin, “Dek kalo naik motor dijalan harus pake helm, takutnya nanti ada APA-APA”

Nah loh, terbukti kan kalo rakyat Indonesia paling takut dengan “APA-APA”

STAND UP COMEDY INDONESIA

Latah, ngetrend, atau sejenisnya mungkin.
Stand Comedy sedang menjamur di kota-kota besar Indonesia.

di tempat kelahiranku yogyakarta juga sedang booming acara seperti ini, 
kemarin Jogja Book fair aja temenku yang ga jelas asal usul background comedinya mendadak jadi comic diacara tersebut. 10 menit aja, awalnya sih mantabh, lucu tapi man bertahan 20 detik aja, selanjutnya super garing lebih garing dari gorengan Malioboro chicken dipinggir jalan. Giliran mau di samperin di sapa malah sok ga kenal terus ngloyor pulang, kayaknya malu abis dia. 

Stand Comedy, setahuku bukan comedy jenis baru yaa? Mulai tahu kalo namanya stand up comedy dari acara malem-malem di metro tv. lucu tenan comicnya waktu setiyawan tiada tara (kalo ini tahu dari dulu, soalnya sudah terkenal di jogja), terus raditya dika (ga begitu lucu, tapi karena sudah terkenal yaudah ikut ketawa takut dibbilang enggak gaul) dan dua comic lainnya yang lebih lucu dari dika (sori dika Piss)

Tersu lanjut beberapa hari kemudian nonto lagi tapi kali ini comicnya adalah Rifat Sungkar (pembala Rally terkenal suami dari artis Sissy Priscilia kalo ga salah), wueh lumayan lucu meski materi jokenya man dari ceritanya asli yang di critain, tapi karena baik dalam penyampain jadi audiens menjadi enjoy dengan apa yang dia ceritakan.

Enggak berhenti disitu masih di Metro TV, nonton lagi stand up comedy tapi kali bukan waktu presentasi di stage tapi pas seperti mentoring, jadi ada orang botak yang pake topi putih njelasin apa itu stand up comedy, istilah dan beberapa teknik yang ada dalam setiap stand up comedy. Cukup membuka pemahaman tentang stand up comedy yang awalnya tak kira hanya asala berdiri, nglempar joke, terus penonton tertawa ternyata ada set-up dan puch (wesss ngeri banget, kayak paham bener gitu tentang stand up comedy).

Kedepan makin tertarik untuk ngikutin tentang stand up comedy bahkan ingin coba jadi comic untuk menyampaikan joke-joke yang bisa menghibur audiens. semoga stand up comdy ini bukan sesaat saja, tapi jadi revolusi (kayak judul BLOG ku ogg piye ^^) dari komedi yang udah ada sekarang isinya brutal, kekerasa verbal dan fisik berubah menjadi komedi yang cerdas yang mendidik.


STAND UP COMEDY INDONESIA

2.01.2012

Gamelan Degung

Bangsa Nusantara saat ini hanya mengenal dan menganggap istilah “Gamelan Degung” hanya sebatas penamaan kesenian yang merupakan bagian dari kebudayaan. Sesungguhnya dalam pengertian yang lebih luas dan mendalam tidaklah sesederhana itu, Gamelan pada Degung bukan sekedar alat musik untuk berkesenian, sebab hal tersebut berkaitan erat dengan sistem tanda yang mengandung nilai-nilai agung (ajaran) keagamaan leluhur bangsa Galuh Agung.
Perangkat atau peralatan Gamelan merupakan pola tanda yang diterapkan dalam perlengkapan bunyi-bunyian (musik). Istilah “gamelan” berasal dari kata “Ga” dan “Mulia” yang dibubuhi akhiran “an”.
-          GA = Kuasa
-          MULIA = Agung dan terpuji
-          AN = *akhiran yang menunjukan fungsi/guna.
Maka istilah  “gamlan” (*baca: gamelan) atau “Ga-Mulia-an”secara utuh artinya adalah “penguasa yang mulia / agung” atau mengandung maksud “Keagungan Sang Penguasa”.
Gamelan tidak boleh dimainkan secara semena-mena (tanpa aturan), semuanya harus berada dalam tata-tertib yang sakral; baik waktu, jenis acara, ruang pertunjukan, sikap, cara berpakaian, susunan peralatan dan sebagainya sebab seluruh komponen alat bunyi pada Gamelan mengandung nilai-nilai agung dan sakral milik leluhur bangsa Galuh Agung (Nusantara/Indonesia). Dengan demikian, merendahkan Gamelan sama dengan merendahkan sejarah leluhur bangsa Nusantara dan itu sama dengan merendahkan derajat bangsa Indonesia. Sayangnya sandi-sandi yang tersimpan pada perangkat musik ini sudah tidak terpahami dengan baik oleh bangsa Indonesia pada umumnya padahal mereka adalah pewaris yang sah.
Adapun istilah Degung berasal dari kata “ngadeg nu agung” dalam bahasa Indonesia berarti “berdirinya keagungan”. Dengan demikian jika dua kalimat Gamelan Degung itu disatukan akan memiliki arti “kemuliaan sang penguasa (dalam) mendirikan / menegakan keagungan”.
  Agar dapat lebih dipahami dan dimengerti secara bijak mengenaiGamelan Degung ini marilah kita bahas pola tanda yang tersimpan pada alat musik peninggalan leluhur bangsa Nusantara.

~ GONG ~
GONG atau Go’ong atau Gung, menempati derajat tertinggi dan paling mulia di antara seluruh peralatan Gamelan, sebab alat musik ini merupakan siloka (symbol) dari NAGA dan RA (Naga dan Matahari) atau jika disatukan menjadi NAGARA (‘negara’).
Gong sebagai lambang Naga-Ra

Bentuk lingkaran Gong adalah siloka dari Matahari (Sang Surya) atau dalam konsep ketatanegaraan leluhur bangsa Indonesia di jaman kerajaan sering disebut sebagai “RA”. Maka dari itu pula seluruh maharaja Nusanta-Ra memakai gelar RA-HYANG yang artinya Titisan atau Utusan atau Putra Matahari .
  Itu sebabnya Nusanta-Ra mempergunakan Bende-Ra yang artinya adalah “Panji Matahari” atau tanda lambang kebesaran bangsa Galuh Agung. Bukti penggunaan Bende-Ra ini masih digunakan pada jaman Majapahit (Kadiri) sebagai tanda Karatuan Galuh Agung terakhir, mereka  mempergunakan Matahari sebagaiPanji Naga-Ra.
  Kebutaan bangsa Indonesia terhadap nilai ajaran leluhur bangsa pada saat ini tertampakan dari cara menyajikan Gong, mereka tidak lagi menempatkan bentuk NAGA pada tempat ‘menggantungnya’, mungkin karena mengira bahwa itu hanyalah hiasan semata yang tidak penting (tidak bermakna).
Akibat hal tersebut lambat laun kita (generasi penerus) semakin kehilangan pola penanda yang sesungguhnya mengandung makna mendalam tentang sejarah dan ajaran kenegaraan. Namun bisa juga karena generasi penerus (pewaris budaya Nusantara) sudah tidak peduli terhadap ajaran/agama leluhur bangsa Galuh Agung (Nusantara) akibat telah tergantikan oleh ajaran/agama importyang datang dari negara lain.

Maka bagi bangsa Indonesia jaman dulu pengertian “Bende-Ra” itu sama sekali berbeda dengan “flag” (bhs Inggris). Di jaman sekarang lambang tersebut (sang saka dwiwarna) diungkapkan melalui panji warna, MERAH yang berarti RA (Matahati) dan PUTIH berarti CAHAYA atau TERANG.

~ REBAB ~
REBAB atau Ra-Babhu, adalah alat musik (bunyi) Gamelan Degung yang menempati posisi kedua setelah Gong. Bunyi yang dihasilkan oleh Ra-Babhu adalah suara “kokok” ayam jantan ketika menyambut terbitnya Matahari pagi. Ra-Babhumerupakan perumpamaan dari “Ayam” yaitu lambang Sang Hyang (Leluhur Agung).
Rebab (Ra-Babhu) sebagai lambang Hyang (Ayam)

Prinsipnya istilah “Rebab” dibangun dari dua kata yaitu RA danBABHU yang artinya adalah;
-          RA = Sinar / Mahacahaya / Matahari
-          BABHU = yang Melayani
  Maka, arti dan makna “Rebab” atau Rababhu itu adalah “Nu ngumawula ka Sang Hyang Manon” (yang Melayani Matahari), hal ini sangat erat kaitannya dengan bentuk Rebab yang merupakan representasi dari sosok “ayam jantan” sebagai perlambang para leluhur (Hyang) bangsa Galuh Agung.
  Ayam jantan atau sering disebut sebagai “ayam jago” di masyarakat Nusantara jaman dahulu adalah bagian dari pola tanda kebudayaan (simbol kepercayaan), mereka memelihara dan merawatnya secara sungguh-sungguh seperti kepada keluarga sendiri. Hampir disemua tempat di wilayah Nusantara memiliki adat “sabung ayam” yang sebenarnya merupakan bagian dari upacara peringatan. Adu ayam atau sabung ayam adalah “pertaruhan kehormatan keluarga” (*bukan perjudian) tentang kesungguhan merawat/memelihara ayam jago itu sendiri. Namun jaman berobah dan upacara “sabung ayam” inipun maknanya telah bergeser dari pakem utamanya, dari “pertaruhan” berobah menjadi “perjudian”.
  Masyarakat dunia pada umumnya sering menyebut Ayam Jago (jantan) itu sebagai Phoenix atau Burung Api atau Burung Matahari, dan mereka memaknainya sebagai siloka “keabadian” atau dengan kata lain setara dengan Hyang (Eyang, Leluhur).
  Penggambaran ayam jago (Ra-Babhu) sebagai “Sang Pelayan Mahacahaya (matahari)” ini menyebar hampir keseluruh dunia seperti; China, Jepang, India, Timur-Tengah serta negara-negara Eropa.

~ KENDANG ~
  KENDANG, atau gendang adalah silib-siloka dari sosok Lembu (Sapi) ataupun Kerbau (Munding) sebagai lambang kesuburan Bumi Nusantara. Hal ini berkaitan juga dengan keberadaan wilayah Karesian yang menjadi bagian terluar dari konstelasi negeri Pa-Ra-Hyang dalam konsep pemerintahan Galuh Agung.

~ BONANG ~
  BONANG, adalah perumpamaan dari jajaran pegunungan ataupun perbukitan yang menjadi ciri watak wilayah Bumi Nusantara.
Alat bunyi Bonang keberadaannya tidak seperti Goong, Rebab, dan Kendang yang secara umum terdapat dibeberapa wilayah Asia, bahkan disebagian wilayah Eropa. Jenis Bonang sebagai lambang jajaran gunung hanya terdapat di wilayah tertentu saja, khususnya di wilayah Galuh (Nusantara). Tentu saja hal tersebut berhubungan dengan pola penghormatan masyarakat Galuh terhadap “gunung” sebagai penyampai sumber kehidupan. Gunung adalah wilayah yang harus tetap terjaga keutuhannya“gunung kudu pageuh, teu meunang dirempag”.

~ SARON ~
SARON, adalah perlambang dari “gelombang air” ataupun wilayah kelautan. Hal ini berhubungan erat dengan bentuk kewilayahan Galuh (Nusantara) sebagai negeri  Maritim.
  Dalam susunan kebendaannya, alat bunyi Gamelan Degung ini telah menunjukan tentang kualitas kewilayahan (potensi negara) yang berkaitan erat dengan keberadaan ‘agama’ atau ajaran Sunda. Secara implisit kelengkapan alat bunyi tersebut telah menjadi bentuk lambang sistem ketata-negaraan beserta tingkat kekuasaan di wilayah Galuh agung.
Gamelan Degung merupakan perwujudan “lambang dibalik  lambang” atau mengandung “makna di dalam makna” sebagai simbol berganda, dan hal ini telah menunjukan tingkat kecerdasan luarbiasa leluhur bangsa Galuh Agung pemangku ajaran Sunda.



Gamelan
Gong
Kendang
Rebab
Bonang
saron
Perlambang Gamelan dengung